APAKAH KONDISI INI DICIPTAKAN DAN DIPELIHARA???

Tanpa menyudutkan dan mempersalahkan pihak tertentu atas semua huru-hara yang terjadi belakangan ini hingga eskalasi kasus semakin menjulang tinggi sampai ‘tak terkontrol lagi’.
Malam ini saya coba membaca beberapa journal dan buku terkait dengan propaganda. Salah satunya adalah sang begawan teori propaganda yakni Edward L Bernays yang dijuluki bapak propaganda. Dalam buku tersebut, Bernays percaya bahwa propaganda dapat digunakan untuk menciptakan kesadaran dan memengaruhi perilaku publik or public opinion.
Bernays pun percaya dengan teori propaganda-nya, bahwa dalam konteks daerah yang kaya akan potensi mineral dan hutan, maka apabila sebuah propangada dijalankan untuk membentuk opini publik dan memengaruhi persepsi masyarakat terhadap kondisi tertentu, dalam hal ini, kondisi keamanan yang tidak stabil dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian dari potensi ekonomi yang ada.
Artinya, fokus dan konsentrasi masyarakat akan digiring pada sebuah situasi dan kondisi yang memang sengaja diciptakan, agar para pelaku bisnis ataupun orang yang berkepentingan dapat dengan mudah melancarkan maksud dan tujuannya untuk menguasai sesuatu, dalam hal ini tanah ataupun potensi sumber daya alam lainnya.
Tentunya hal ini sejalan dengan pemikiran Hannah Arendt yang membahas bagaimana totalitarianisme menggunakan propaganda untuk menciptakan ketakutan dan kontrol sosial. Dalam pandangannya, propaganda dapat mengubah fakta dan menciptakan realitas baru yang didasarkan pada ketakutan, sehingga masyarakat lebih mudah dikendalikan.
Jikalau semua ini berjalan dengan lancar, maka alat atau tools yang dipakai untuk menyebarkan ketakutan yang paling ampuh saat ini adalah Social Media. Kalau dahulu, tentu TV, Radio dan media cetak dipakai untuk menjalankan misi terselubung ini, tetapi saat ini Social Media adalah wadah yang paling jitu untuk membombardir public opinion. Pada bagian inilah, seorang scholar bernama Noam Chomsky membeberkan pandangannya. Dalam karyanya, Chomsky mengkritik media dan propaganda yang digunakan untuk melayani kepentingan elite. Ia menyatakan bahwa media sering kali menyebarkan narasi yang menakutkan untuk menjaga status quo dan mengalihkan perhatian dari isu-isu penting, seperti ketidakadilan sosial dan politik. Tentunya pikiran Noam Chomsky sejalan dengan pemikiran Marshall McLuhan bahwa dalam konteks propaganda, cara penyampaian informasi dapat memengaruhi bagaimana masyarakat merespons ketakutan yang disebarkan, baik melalui berita, foto, video, dll.
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini kita dapat mempelajari pemikiran dari Walter Lippmann lewat bukunya Public Opinion. Lippmann berpendapat bahwa masyarakat sering kali tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang dunia di sekitarnya dan bahwa propaganda dapat membentuk “gambar dalam pikiran” mereka. Dengan menyebarkan ketakutan, propaganda dapat menciptakan persepsi yang salah tentang ancaman dan mengalihkan perhatian dari isu yang lebih besar.
Jadi, apabila sebuah situasi dan kondisi yang dahulunya tidak ada, kemudian tiba-tiba menjadi pengulangan yang secara konsisten, maka sudah barang tentu hal ini diciptakan dan dipelihara demi menutupi perkara besar yang sementara terjadi disekitar kita. Mengapa? Agar konsentrasi masyarakat dan opini publik digiring pada kondisi mencekam, akibatnya ia tidak peduli dengan hal besar yang terjadi disekelilingnya.
Ah, kita semua pasti tahu apa yang saya maksudkan! Apabila bingung, ya silahkan tanya pada rumput yang bergoyang! Salam.
Post Comment