Memberi dengan Hati: Bagaimana Persembahan Menghidupkan Iman

Oleh
Pdt. Jemris Laimeheriwa, M.Teol
I. PENDAHULUAN
Salah satu dari Pekerjaan bergereja adalah Menyatakan Korban Syukur yang kemudian di kenal nantinya menjadi Persembahan Syukur.
Namun perlu dipahami bahwa bergereja dan memberikan persembahan bukanlah semudah yang terucapkan dengan kata-kata. Lebih dari itu, bergereja dan memberi persembahan memiliki makna yang dalam dan cukup menantang untuk dilakukan orang-orang Kristen. Dalam perspektif Alkitab Tugas Gereja adalah memberi perhatian penting dan khusus kepada Persembahan dan bagaimana memaknai persembahan dalam berkehidupan gereja
Ada kecenderungan bahwa Gereja tidak perlu memberikan persembahan. Sebab gereja sudah mempunyai banyak harta, ada kecenderungan bahwa Gereja melaksanakan program persembahan yang hanya ditujukan pada Gereja itu sendiri. Karna itu merupakan pemikiran yang sempit dalam kita melaksanakan peran Gereja dalam mengucap syukur.
Berikut ini akan dipaparkan secara singkat apa itu Gereja dan Persembahan.
II. PENGERTIAN GEREJA
Gereja DIARTIKAN dalam bahasa Portugis adalah “Igreya” dan dari Bahasa Yunani ekklesia yang berarti sidang, perkumpulan, perhimpunan, paguyuban pada umumnya (seperti di kampung, di kota atau negara). Kata ini juga yang kemudian dipakai gereja untuk menamai kelompok orang yang percaya kepada Kristus setelah peristiwa salib dan kebangkitan Yesus Kristus. Gereja yang adalah kumpulan orang percaya juga merupakan tubuh Kristus sehingga Gereja yang sebagai tubuh Kristus dan Kristus sebagai Kepalanya maka Gereja harus melakukan apa yang dilakukan oleh Sang Kepala Gereja juga yaitu melakukan diakonia. Gereja yang merupakan perkumpulan tubuh kristus yang dipanggil ke Gereja dan dituntun keluar untuk melakukan pelayanan kepada semua orang.
SIFAT – SIFAT GEREJA (NOTAE ECCLESIAE)
Secara tradisional tanda-tanda gereja (notae ecclesiae) menunjuk pada empat sifat Gereja, yakni esa, kudus, am dan rasuli.
1. ESA (EF.4:5. satu iman, satu baptisan, dan satu Allah dan Bapa dari semua… )
2. KUDUS (panggilan gereja dikuduskan 1 Kor 1:2)
3. AM (katolik atau umum. Gereja menunjuk pada persekutuan orang percaya disemua tempat dan abad)
4. RASULI (gereja meneruskan panggilan kerasulan yakni memberitaan injil Kristus (mat.28:19))
CIRI CIRI GEREJA
1. GEREJA YANG BELAJAR ( a learning church)
2. GEREJA YANG MEMELIHARA (a caring church)
3. GEREJA YANG BERIBADAH ( a worshipping church)
4. GEREJA YANG MENGABARKAN INJIL (a evangelizing church)
III. PENGERTIAN PERSEMBAHAN
Kehidupan manusia memerlukan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal (Pangan, Sandang dan Papan), serta berbagai kebutuhan lainnya setiap hari. Orang berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidup dan keluarganya, melalui berbagai Profesi. Petani mengolah tanah, nelayan mencari ikan, tukang-tukang menawarkan jasa ; ada pula yang berdagang, para pegawai negeri dan swasta melakukan tugasnya dan memperoleh gaji setiap bulan. Orang percaya yakin bahwa hidupnya dipelihara Tuhan dengan resekinya hidupnya yang diperoleh dari usaha masing-masing. Dan karena itu bersedia dengan sukacita menyisihkan miliknya untuk dipersembahkan kepada Tuhan, melalui Gereja. Itulah yang disebut PERSEMBAHAN SYUKUR.
Secara lebih praktis, persembahan syukur berkaitan pula dengan tanggung jawab kesaksian dan pelayanan gereja. Persembahan digunakan untuk membiayai penatalayanan di dalam menjalankan panggilan gereja.
3.1. Persembahan dalam Alkitab
Dalam Alkitab, persembahan selalu dihubungkan dengan tindakan untuk menyerahkan atau memberikan sesuatu kepada Allah. Awal mula munculnya persembahan ketika Kain dan Habel memberikan korban persembahan sesuai hasil pekerjaan mereka masing-masing, kepada Allah, yang kemudian pemberian tersebut meliputi harta milik berupa hasil ladang, emas perak, kambing domba, dan lain-lain. Beberapa bentuk persembahan yang diberikan umat Allah pada zaman perjanjian lama antara lain : persembahan khusus, korban bakaran, korban keselamatan, korban sajian, korban penghapus dosa, korban penebus salah, persembahan atau korban curahan. Umumnya korban-korban atau persembahan dalam perjanjian lama ini mengandung beberapa makna yaitu :
• Memuliakan Tuhan, memelihara persekutuan dengan Dia dan menerima penebusan dosa apabila persekutuan telah retak. Tetapi dengan memberi korban ini bukan menjadi jaminan bahwa dosa telah diampuni, karena Allah sendiri yang berkuasa dan berhak mengampuni. Jadi pemberian korban disini sebagai tanda pengakuan akan kemurahan Allah.
• Persembahan untuk kelangsungan peribadahan. Dalam hal ini persembahan dalam bentuk pangan dan lainnya untuk kelengkapan di rumah ibadah untuk menunjang pelayanan dan juga kehidupan para imam-imam dan pelayan di rumah ibadah.
• Persembahan yang diperuntukkan bagi orang-orang miskin, janda anak yatim dan orang asing.
PERSEMBAHAN DALAM PERJANJIAN LAMA
Dalam ritual perjanjian lama (PL) persembahan juga dimengerti sebagai “KORBAN”,
1. korban dimengerti sebagai bakaran, (II Sam. 6:1-23, 24:23) (bilangan 1:1-17)
2. korban dimengerti sebagai sajian, (imamat 2:1-16), (Yeh. 46:19-24) (Bilangan 5: 15)
3. korban dimengerti sebagai keselamatan, (Imamat 3: 1-17) Imamat 4:10-12, 21)
4. korban dimengerti sebagai penghapus dosa (Kel. 29:11-14), (Im. 9:8-11) (im. 16:27) (Ibrani 13:11-12)
5. korban dimengerti sebagai penebus salah, (Yeh. 46:19-24)
6. Korban dimengerti sebagai Hal Pendamaian (Bil. 5:1-10)
7. Korban dimengerti sebagai Hal pengucapan syukur (Maz. 54:1-7), (1 Raja-raja 20 :19
8. Korban dimengerti sebagai persembahan khusus, (Yosua 22:27)
9. korban dimengerti sebagai curahan. (Bil. 28: 1-15, II Samuel 23:8-39) (Yer. 8:1-3)
10. korban dimengerti sebagai api-apian (Bil. 15: 1-21)
Dalam Perjanjian Lama, perhatian kepada orang miskin, perlindungan pada janda, yatim-piatu, dan orang asing terdapat dalam Hukum Taurat. Berdasarkan Hukum Musa, ada beberapa undang-undang yang memberikan perhatian pada orang miskin dan keadilan sosial, seperti: Tahun Yobel (Im. 25:8-43), Perpuluhan (Kel. 22:29-30; Ul. 14:22-29; 26:1-15), Larangan mengambil bunga dari yang miskin (Kel. 22:25-27; Im. 25:35-38; Ul. 15:1-11), dan Pembatasan kekayaan raja (Ul. 17:14-17; Bnd. 1 Raj. 6-7;
PERSEMBAHAN DALAM PERJANJIAN BARU
Dalam perjanjian Baru, persembahan tidak lagi dipahami sebagai bentuk Korban bakaran atau Korban ukupan tetapi dipahami bahwa Korban yang sempurna telah dipersembahkan sekali untuk selama-lamanya (Efesus 5:2 ; Ibr. 9:2,17)
Dalam Perjanjian Baru, Yesus adalah Korban yang hidup. Yesus pula menjadi Imam besar yang telah menyerahkan diriNya untuk maksud penyelamatan bagi manusia. Melalui pengorbananNya, persekutuan dibangun, relasi yang rusak diperbaiki. Manusia telah diperdamaikan dengan Allah. Dengan demikian dalam ibadah perjanjian Baru korban tidak dikenal lagi.
1. Dasar Pelaksanaan Persembahan
Persembahan bagi umat Kristen dimengerti sebagai ucapan syukur dan partisipasi dalam pelayanan atau misi Kristus. Jadi dipahami sebagai anugerah, sebab panggilan untuk mengambil bagian dalam pelayanan Kristus adalah sesuatu yang istimewa dan luar biasa. Itu berarti persembahan Kristen bukan buah dari kemurahan hati atau berdasarkan niat atau kemampuan pribadi seseorang saja, melainkan adalah BERKAT, hak istimewa, suatu karunia yang Kristus berikan kepada jemaatNya.
Masing-masing jemaat dipanggil secara aktif memakainya menurut kehendak pemberinya agar saling melengkapi dalam membangun tubuh Kristus di dunia ini (1 Kor. 12: 8-10) :
12:8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan.
12:9 Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.
12:10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
Roma 12
12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Paulus juga berkara: “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Gal. 6:2). Orang yang mau menolong orang lain adalah orang yang memiliki kasih. Kasih itu bukan untuk diri sendiri. Kasih yang ada pada diri seseorang adalah diperuntukkan untuk orang lain, diluar dirinya yang membutuhkan kasih itu. Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata: Aku memberikan perintah baru kepadamu: yaitu supaya kamu saling mengasihi sama seperti aku telah mengasihi kamu demikianlah kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. (Yoh. 13:34-35). Berdasarkan kasih inilah semua pelayanan gereja dilaksanakan. Oleh karena itu, semua pelayanan haruslah menjadi suatu jawaban syukur terhadap Allah yang lebih dahulu mengasihi kita. Jadi, konsep persembahan ditentukan keseluruhannya oleh Yesus Kristus melalui kehidupan, pekerjaan dan perkataanNya.
2. Kesadaran Persembahan
Dalam persembahan yang layak bertitik tolak dari kedalaman hidup kerohanian kita. Dari kesadaran iman bahwa segala sesuatunya atas kemurahan Allah, yang dalam Yesus Kristus telah memberikan diriNya demi keselamatan umat manusia.
Oleh karena itu, memberi persembahan :
– Merupakan sebuah pengakuan orang Kristen dan perlu diresponi dengan pemberian diri secara menyeluruh. Bukan hanya memberi uang atau harta benda, melainkan keseluruhan hidup.
– Merupakan respon kita akan Kasih Allah yang memberi bagi kita. Memberi persembahan bukan syarat untuk mendapat berkat dan kemurahan dari Allah, melainkan kita memberi karena sebelumnya kita telah menerima.
Persembahan dipandang sebagai sikap solidaritas yang mendalam terhadap orang lain berdasarkan kasih. Solidaritas itu diwujudkan dalam pelayanan memberi dengan sukacita. Artinya dalam pelayanan persembahan ada sikap tanpa pamrih, sikap yang menekankan hidup bersama dengan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
3. Tujuan Persembahan :
– Adalah untuk menyatakan ungkapan syukur kepada Allah yang adalah sumber persembahan itu
– Adalah membantu orang lain dan menempatkannya pada posisi yang benar di hadapan sesama manusia dan Tuhan Allah.
– Memperdulikan keberadaan umat manusia secara utuh yaitu kebutuhan rohani, jasmani dan kebutuhan sosial.
– Mendukung realisasi sebuah persekutuan cinta kasih dan membangun serta mengarahkan orang untuk hidup di dalamnya.
4. Pelaksanaan Persembahan
Persembahan kepada Tuhan melalui gereja berupa harta benda atau uang dimaksudkan sebagai dukungan bagi pembiayaan pekerjaan gereja. Melalui persembahan yang diberikan, kita mengakui bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu, bahwa apapun juga yang kita persembahan termasuk seluruh hidup kita berasal dari Tuhan. Oleh karena itu kita patut memberikannya dengan sukarela dan sukacita. Selain yang dikumpulkan melalui pundi persembahan dalam kebaktian atau kolekte daslam ibadah-ibadah rumah tangga ataupun ibadah. \
Ada berbagai cara untuk mengumpulkan persembahan jemaat
– Persembahan syukur bulanan anggota dan keluarga
– Hulu hasil pekerjaan keluarga
– Persepuluhan
– Usaha lelang dalam kebaktian rumah tangga/Gerja sesuai kondisi jemaat masing-masing
– Bazar
– Sumbangan diakonia
– Partisipasi jemaat dalam bentuk iuran bulanan atau sampul bulanan
– Pundi-pundi khusus sesuai peruntukkannya
Segala bentuk persembahan ke Gereja baik itu Harta Benda atau uang dimaksudkan untuk pembiayaan pekerjaan gereja.
Melalui persembahan yang diberikan, kita mengakui bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu, bahwa apapun juga yang kita persembahkan termasuk seluruh hidup kita berasal dari TUHAN.
III. PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN
PERSEPULUHAN yaitu sepersepuluh atau sepuluh persen dari penghasilan. Bahasa Ibrani “ma’aser”. Persembahan persepuluhan adalah tradisi bangsa-bangsa tetangga yang pada akhirnya diadopsi dalam kehidupan bangsa Israel. Tercatat dalam Alkitab persepuluhan disebut pertama kali pada saat Abraham memberikan sepersepuluh hasil jarahan perangnya kepada Melkisedek “seorang imam Allah yang maha tinggi (Kej. 14 : 20). Yakub berjanji akan memberi sepersepuluh dari berkat-berkat yang ia terima dari Allah (Kej. 28 : 22). Kemudian hari persepuluhan menjadi kewajiban dalam HUKUM MUSA.
PERSEMBAHAN persepuluhan terus berkembang dalam sejarah kehidupan bangsa Israel, dan peraturan persepuluhan itu menjadi sentral dalam kehidupan penatalayanan mereka.
Ada tiga macam peruntukan persepuluhan :
1. Persepuluhan yang terdiri dari segala hasil tanah. Semua ini milik Allah dan tidak boleh dimakan oleh kaum Israel (Bdk. Imamat 27 : 30 – 32)
2. Persepuluhan bagi para Imam dan Kaum Lewi, yaitu sebagian persembahan yang boleh dimakan oleh orang yang memberi persembahan.
3. Kaum Israel menggunakan persepuluhan di tempat tinggalnya untuk memberi makan orang Lewi, orang Asing, anak yatim, dan Janda pada tahun ketiga (bdk. Ulangan 14:22-29).
Tetapi disamping itu perlu juga dicatat bahwa umat Israel tidak hanya memberikan persembahan persepuluhan itu saja, mereka juga memberikan persembahan-persembahan lainnya
Pada zaman Nabi Maleakhi orang Israel melakukan pelanggaran kepada Allah dengan tidak memberikan persepuluhan dan persembahan khusus lainnya. Tindakan orang Israel itu dimata Allah dipandang sebagai perbuatan menipu Allah (Mal. 3:1-9). Penegasan Allah keoada orang Israel tentang pentingnya persembahan persepuluhan berhubungan dengan KETAATAN mereka pada perintah Allah untuk memenuhi ketersediaan makanan dirumah Allah. Disisi lain, penegasan itu juga bertujuan untuk menyadarkan orang Israel tentang berkat dibalik ketaatan memberikan persembahan persepuluhan kepada Allah (Mal. 3:10-12).
Pada zaman perjanjian baru, Masa Tuhan Yesus, penganut agama Yahudi masih meneruskan praktek persepuluhan, tetapi Tuhan Yesus sendiri tidak berbicara banyak tentang hal itu. Tuhan Yesus hanya menyinggungnya beberapa kali ketika Ia mengecam perilaku munafik kaum farisi dalam memberi persepuluhan (Mat. 23:23) dan Lukas 11 :42 ; 18 : 14.
Tidak ada satu keterangan pun yang menyebutkan bahwa Tuhan Yesus menyuruh murid-muridNya melakukan persepuluhan tetapi tidak juga sebaliknya bahwa Ia menentang persepuluhan. Tetapi dari ayat-ayat itu kita dapat mengetahui bahwa di masa Tuhan Yesus persepuluhan masih berlaku.
Dalam perjanjian baru tak satupun ayat yang dengan tegas mengemukakan perintah untuk memberikan persepuluhan. Karena dipahami bahwa umat perjanjian baru tidak lagi dibawah hukum melainkan di bawah anugerah. Ritual kurban atau pemberian persepuluhan dalam tradisi perjanjian lama sudah di genapi melalui kematian Tuhan Yesus di Kayu salib.
Olehnya itu PERSEMBAHAN KRISTEN yang benar adalah :
– Kesadaran bahwa seluruh hidup dan harta kita adalah milik Tuhan, maka kita harus menjadikannya sebagai alat menyatakan buah-buah kasih kepada Gereja, persekutuan, pelayanan Kristen dan menolong sesama kita yang berkekurangan.
– Tidak ada larangan bagi mereka yang ingin menyisihkan suatu bagian tertentu seperti persepuluhan secara teratur bila dilakukan sebagai ungkapan buah kasih dari iman yang bersyukur. Bahkan baik diterapkan dalam kehidupan berjemaat. Tetapi dalam pelaksanaannya perlu didasari oleh pemahaman bahwa semua persembahan adalah dasar ucapan syukur karena Kasih dan Anugerah Allah.
Gereja denominasi lain secara KHUSUS yang beraliran kharismatik, memperuntukkan persembahan persepuluhan untuk kesejahteraan para pelayan atau gembala jemaat seperti pemaknaan persembahan persepuluhan zaman perjanjian lama untuk para imamat. Tetapi kebanyakan gereja kharismatik menganut teologi sukses, yang memahami persembahan, khusus persembahan persepuluhan dalam rangka kultus “do ut des” (aku memberi supaya Engkau Memberi), bukan dalam rangka pengucapan syukur atas apa yang Tuhan telah berikan
Perlu dipahami Persembahan persepuluhan terkait dengan tradisi para petani/peternak dalam perjanjian lama untuk mempersembahkan 10 % dari hasil panennya untuk menghidupi para Imam/Orang Lewi (bdk. Bilangan 18:21, 24 ; Neh. 12 : 44)
Dalam kehidupan gereja dewasa ini, para penganut teologia sukses menekankan persembahan persepuluhan dan memanipulasi ayat – ayat terkait dalam Alkitab, khususnya Maleakhi 3:8-10. Ayat-ayat ini dipahami secara harafiah bahwa dengan memberi persembahan persepuluhan maka pintu-pintu reseki akan dibuka Tuhan, seolah-olah memberi persembahan menentukan rahmat Tuhan, dan bahwa dengan tidak memberi persepuluhan orang mencuri milik Tuhan.
Dengan merujuk pada sejumlah ayat alkitab (al. Mal. 3:10-12 ; Mat. 19:21 ; 2 Kor. 9:6 ; 1 Tim. 6:18-19.) mereka ajarkan bahwa Allah telah berjanji untuk memberikan pahala kepada kita sepadan dengan bagaimana kita memberi kepadaNya. Ajaran ini tidak sesuai dengan Injil mengenai kemurahan Allah yang tidak ditentukan oleh Kebaikan, kesalehan atau jumlah persembahan orang percaya, MELAINKAN SEMATA-MATA karena ANUGERAHNYA.
PERSEMBAHAN memang wajib diberikan, bukan sebagai korban untuk memperoleh lebih banyak lagi (sebagaimana dalam berbagai agama lain) tetapi sebagai ucapan syukur atas kemurahan dan berkat Tuhan, yang diberikan dengan rela dan sukacita (2 Kor. 9:7). Ada pun jumlahnya, bisa melampaui 10 %. Yesus mengecam para pemuka agama di zamanNya yang mengutamakan aturan persembahan persepuluhan daripada yang terpenting dalam hukum taurat , yakni keadilan, belas kasihan dan kesetiaan (Mat. 23:23 bandk. Luk. 11:42)
23:23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
IV. RELEVANSI TERHADAP GEREJA MASA KINI
Beranjak dari pengertian gereja dan Persembahan maka sangat penting bahwa Gereja dipanggil untuk melakukan tugas pemberitaan kabar baik dan melakukan pelayanan kasih dengan memberikan persembahan dalam menopang pekerjaan pelayanan gereja di dunia ini.
Persembahan dimaksudkan bukan dalam artian bahwa persembahan itu harus ada dan harus lebih, tetapi persembahan itu harus diberikan dari apa yang ada pada kita dan diberikan dengan sukacita dan bahagia. Sebab Allah dalam Yesus adalah Korban syukur yang sempurna, Persembahan yang sempurna bagi dunia. Karena itu bentuk-bentuk persembahan apapun :
– Persembahan melalui pundi/kotak yang dijalankan setiap ibadah, baik di ibadah minggu mapupun ibadah keluarga.
– Persembahan syukur bulanan, HUT, dan Syukur beralasan lainnya
– Persembahan persepuluhan
– Persembahan hasil panen (bahan Natura)
– Persembahan dengan cara lelang
– Kadang-kadang ada persembahan wajib / iuran yang diatur gereja
– Dan lain-lain
Persembahan yang kita lakukan saat ini bukan lagi sebagai “korban” baik untuk penebusan dosa atau sebagai “alat” untuk mendapatkan berkat dari Tuhan. Tuhan Yesus dengan karya penebusanNya telah memperbaharui secara mendasar makna persembahan. Jangankan sepersepuluh, mempersembahkan sepertiga atau setengah dari yang kita miliki pun tidak akan cukup untuk mensyukuri kebaikan Tuhan. Oleh karena itu Tuhan Yesus tidak pernah menyinggung soal jumlah dalam hal persembahan.
Persembahan sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita.
1. Persembahan juga sebagai wujud nyata pengakuan kita bahwa tanpa berkat Tuhan kita tidak bisa apa-apa.
2. Persembahan sebagai wujud nyata kesediaan kita untuk turut menopang pekerjaan Tuhan di dunia ini.
3. Persembahan sebagai wujud nyata kesediaan kita untuk tidak membiarkan uang dan harta benda menguasai hidup kita, dengan cara mau mengurangi uang atau harta benda yang ada pada diri kita untuk kebutuhan pelayanan.
Adalah semua dalam kerangka MENGUCAP SYUKUR YANG DIBERIKAN DENGAN RELA DAN SUKACITA KEPADA ALLAH. Kita memberi persembahan adalah respon kita dan dalam rangka ucapan syukur kita kepada Allah. Sebenarnya Allah yang memberi berkat bagi kita. Sekalipun kita tidak memberi persembahan tetapi Allah tetap memberi persembahan kepada kita.
Contoh :
Ada lagu mengatakan persembahan kami sedikit sekali kiranya Tuhan trimalah dengan segnap hati. Amin
Lagu itu penulis punya maksud bagus … bukan berarti kita beri sedikit, tetapi berapa banyak yang kita beri untuk Tuhan, tidak akan menyamai apa yang Tuhan berikan kepada kita.
Sehingga kalau beri 1 m, itu sedikit, 2m, 3m itu sedikit dibandingkan dengan apa yang TUHAN BERIKAN bagi KITA.
Karena itu kita harus belajar memberi dengan SUKACITA DAN SUKARELA
Ada cerita :
Dalam suatu ibadah ada upaya untuk pembangunan gereja , ketika semua dicatat dan diberikan kepada panitia pembangunan amplop janji iman itu akan dihitung. ketika semua orang sudah pulang maka pANITIA akan hitung, tetapi ada anak muda yang berdiri terus disitu,
Bendahara PANITIA selesai hitung dan bertanya kepada anak muda, Nak ada apa?? Ibu tadi pada waktu ada tantangan semua memberi janji iman dengan amplop, saya tidak ada amplop janji iman, saya tidak ada uang
Karna tidak ada uang atau amplop janji iman, maka tolong saya dan saya siap memasukkan diri saya dalam kantong pundi.
Pemuda ini mengatakan saya siap waktu saya , tenaga saya untuk gereja ini.Saya tidak punya uang, tapi saya punya waktu
Saya tidak punnya uang tapi saya punya tenaga
Saya tidak punya uang, tapi saya punya pikiran dan akhirnya saya minta tolong saya dicatat sebagai sebuah SUMBANGAN… Wow luar biasa… Anak muda ini belajar memberi dirinya sendiri kepada Allah dan setelah itu dia memberikannya untuk pekerjaan Tuhan…
KITA BISA HIDUP SECARA ROHANI HARI INI KARNA KITA BERHUTANG PADA GEREJA, KITA BISA MENIKMATI PELAYANAN ROHANI KARNA KITA BERHUTANG PADA GEREJA. DENGAN DEMIKIAN KALAU PELAYANAN GEREJA ITU TERUS BERKELANJUTAN MAKA KITA HARUS MEMBERI UNTUK TUHAN MELALUI GEREJA.
Memberi jangan tunggu kita kaya dalam bentuk uang, tetapi lakukan pemberian dengan kaya dalam kemurahan dan kebaikan untuk memberi karena dengan memberi kita akan menerima apa yang Tuhan percaakan kepada kita.
BILLI GRAHAM
Menuliskan
ALLAH TELAH MEMBERI KITA 2 TANGAN
1 DIGUNAKAN UNTUK MENERIMA DAN YANG SATU UNTUK MEMBERI,
KITA BUKAN TENGKI ATAU BAK AIR UNTUK MENIMBUN BERKAT,
KITA ADALAH SALURAN YANG DIBUAT UNTUK MEMBAGIKAN BERKAT.
V. KESIMPULAN
Sejauh penjelasan di atas, kita sampai pada beberapa kesimpulan:
1. Persembahan adalah ungkapan syukur dan pernyataan kebergantungan kita kepada TUHAN. Memberikan persembahan adalah sebuah kehormatan untuk menyatakan diri berada di bawah berkat TUHAN. Memberikan sedikit karena pelit tidak memberikan benefit apapun. Memberikan dengan tidak rela sama saja dengan menyatakan tidak percaya bahwa semua yang kita punya berasal dari TUHAN.
2. Persembahan penting dilakukan dalam rangka mengucap syukur kepaad Allah, yang telah menjadi korban persembahan yang sempurna karena itu persembahan harus dimaknai
PERSEMBAHAN adalah bentuk dari ibadah,
PERSEMBAHAN sebagai upaya untuk melestarikan kasih Allah yang memberi itu
PERSEMBAHAN sebagai upaya untuk menciptakan perdamaian dan persaudaraan dengan sesama manusia,
PERSEMBAHAN sebagai upaya untuk menciptakan keadilan sosial dan perwujudan Kerajaan Allah,
PERSEMBAHAN sebagai upaya menciptakan kemanusiaan dan kesejahteraan bagi semua.
3. Memberi Persembahan bukan hanya dalam bentuk uang, tetapi Doa dan Tenaga penting dalam membangun pembangunan tubuh Kristus.
4. Persembahan yang kita lakukan saat ini bukan lagi sebagai “korban” baik untuk penebusan dosa atau sebagai “alat” untuk mendapatkan berkat dari Tuhan. Tuhan Yesus dengan karya penebusanNya telah memperbaharui secara mendasar makna persembahan. Jangankan sepersepuluh, mempersembahkan sepertiga atau setengah dari yang kita miliki pun tidak akan cukup untuk mensyukuri kebaikan Tuhan. Oleh karena itu Tuhan Yesus tidak pernah menyinggung soal jumlah dalam hal persembahan.
5. Dalam GKLB segala bentuk persembahan dan dalam model bentuk apapun harus dipahami sebagai bagian dari RASA UNGAKAPAN SYUKUR bahwa Allah telah memberkati dan menyediakan segala sesuatu untuk GerejaNya dan untuk PelayananNya.
Post Comment